Beyond The Secret: Regresi Sebuah Simfoni
Film The Secret mengisahkan bagaimana semua kejadian kepada diri kita adalah hasil dari buah pikiran kita sendiri.* Film ini menjabarkan dengan caranya sendiri, tentang hukum alam universal bahwa semua yang terjadi, adalah “proses perpindahan energi”, di mana pikiran yang positif akan menarik hal-hal yang positif. Dan pikiran buruk akan membawa hal-hal yang buruk pula.
Film ini bisa dibilang cukup mewabah. Di-review di Oprah, Larry King, dan di mana-mana termasuk di Indonesia saya kira bakal heboh juga. Saya kira, The Secret bukanlah yang pertama dan terakhir. The Secret adalah bagian dari regresi sebuah simfoni.
(Nggak nyambung? Ignore aja, trus lanjut…)
Sedikit warning, posting ini mempunyai muatan filosofis yang lebih padat daripada posting harian gw. Dan warning yang lebih lagi adalah, gw jarang banget, ato bahkan mungkin belum pernah, menemukan orang yang bisa “mengepaskan” pemikiran gw dalam kerangka berpikir orang tersebut. Either you’ll be surprised, you’ll think I’m crazy, you’ll reject me outright because of my baseless interpretation, or you’ll simply have to break your old and dusty and inflexible frame of reference first.
Bagi yang ingin tau apa sih The Secret itu, film ini mengisahkan tentang Law of Attraction atau Hukum Ketertarikan. Hukum ini lebih ke konsep metafisik dan bukan fisika ato biologi ato sains dalam pemahaman awam.
Sedikit disclaimer, saya sendiri kurang tahu mengapa disebut “hukum” dan bukan “teori”, dan siapa penemu Law of Attraction ini karena dasar literaturnya sudah ada sejak ribuan tahun bahkan bisa dibilang bersifat intuitif. Kalo Anda berpikir “attraction” di sini adalah ketertarikan antara lawan jenis, sayangnya yang dimaksud bukanlah seperti itu.
Gw terusin dikit yach intermezzonya… Hukum ketertarikan agak sulit dijelaskan meski konsepnya secara universal sudah banyak diterima. Positif menarik positif, negatif menarik negatif. Positif dan negatif di sini mengacu pada energi, tapi bukan hanya energi secara fisik (yang banyak orang sendiri tidak ‘nyambung’), tapi juga energi secara metafisik.
Hukum ketertarikan adalah konsep yang bisa dibilang elementary level atau pemahaman wajib bagi masyarakat kebatinan, atau spiritualitas, atau bahasa kerennya New Age.* Saya ngasih bintang di sini karena istilah yang digunakan sangat rancu dan ambigu dan mengacu pada hal yang secara spesifik bisa berbeda. Contohnya, kalau saya mengatakan ‘spiritual’ di sini adalah dalam konteks misalnya hubungan dengan dunia “lain” atau tak kasat mata (superficial?), dan bukan secara kaku mengacu kepada hubungan manusia dengan Tuhan yang manifestasinya dalam agama Islam adalah syariah.
Dalam lingkup metafisik, Anda mungkin bisa “menemukan” energi baru atau energi menurut Anda sendiri… “energi bahagia”, mungkin. Dalam hukum ketertarikan, memang ini yang dimaksud: Bila Anda bahagia, maka itu akan membuat “lingkungan” di sekitar Anda membantu Anda semakin bahagia (entah dengan cara apa.) Bila Anda dalam keadaan kesal, maka “lingkungan” di sekitar Anda akan “membantu” Anda untuk merasa semakin kesal.
Sedikit disclaimer lagi, kebanyakan pembicara akan menggunakan kata universe atau “semesta” sebagai sumber atau wadah dari semua energi ini. Saya kurang terlalu setuju dengan filosofi seperti ini oleh karena itu saya ganti istilahnya dengan “lingkungan”, yang menegaskan bahwa ruang lingkup dari lingkungan itu sifatnya bisa terbatas, dan bisa “apa saja” (lingkungan bisa jadi orang di sekitar Anda, bisa jadi hewan, tumbuhan, bahkan hantu, hiiiiiii……)
Disclaimer yang kedua adalah, sejalan dengan aqidah saya yaitu Islam, kekuasaan tertinggi di dunia dipegang oleh Tuhan yaitu Allah Yang Maha Kuasa sebagai sumber satu-satunya energi di dunia. Hal ini sekaligus sebagai opini “skeptisme” saya terhadap “ajaran” seperti The Secret yang entah kenapa saya juga nggak tahu, seolah2 memberi kesan bahwa “we have eternal life”, “we have unlimited potential”, dsb. (quote langsung tuh! bukan interpolasi) dalam konteks yang saya bilang menyimpang, jika dicermati baik-baik.
Saya bisa bilang seperti ini karena saya termasuk orang yang sempat dengar atau bahkan sempat serius mempelajari sebuah “bidang ilmu” yang bernama Neuro-Linguistic Programming. Sebuah studi yang sangat erat kaitannya dengan neurobiologi dan psikologi tapi sayangnya seorang psikolog yang pernah saya ajak konsultasi mengenai hal ini tidak dapat memberikan informasi yang saya inginkan. (yang membuat saya semakin “tidak percaya” akan abundance of knowledge di dunia ini, analoginya: there is so much air, but there’s only so little space in our lungs to contain negligible amounts of it compared to the entire volume of air available to us)
Menurut saya The Secret sangat kental muatan NLP-nya, baik dari segi content tekstual itu sendiri, visual, auditorial (cara penyampaian, intonasi, dan musik), dan efek spesial untuk mensimulasikan stimulan kinestetik (sentuhan fisik dan realisme).
Sedikit banyak hipnoterapi juga ada di sini. Mirip dengan teknik yang digunakan oleh penghipnotis atau audio meditasi untuk membantu si murid atau pasien.
Secara teknis, saya belum menganalisa tapi saya hanya bisa “mencurigai” (dalam konotasi positif, bukan negatif!) bahwa film ini menggunakan teknik untuk mengalihkan gelombang otak. Seperti yang mungkin Anda sudah ketahui, otak mempunyai gelombang dan otak, terutama alam bawah sadar atau subconscious, bekerja paling optimal untuk menerima informasi dalam kondisi theta. Mengingat banyak orang yang terlibat dalam pembuatan film ini adalah psikolog, filosof, ahli metafisika dan fisika quantum, wajar rasanya kalau saya mempunyai dugaan pengaplikasian teknologi seperti ini:
Theta rhythms are very strong in rodent hippocampi and entorhinal cortex during learning and memory retrieval, and are believed to be vital to the induction of long-term potentiation, a potential cellular mechanism of learning and memory.
Komunitas Tangan Di Atas yang mayoritas muslim di Surabaya, di mana ada teman saya juga, sempat mengadakan acara nonton bareng The Secret ini, dan secara umum tanggapannya adalah sangat bagus. Saya sangat setuju dengan pendapat seperti itu.
Dan sebagai seorang muslim, saya memberikan undangan terbuka bagi siapa pun, terutama yang mempunyai pendalaman agama Islam lebih, untuk mendiskusikan lebih lanjut mengenai elemen-elemen spesifik yang diangkat dalam film ini. Ini dikarenakan saya mempunyai beberapa pemikiran yang, senada dengan apa yang saya tulis di posting ini, tapi lebih fundamental, dan saya ingin mengetahui rekan-rekan lain yang memiliki pandangan berbeda daripada apa yang disampaikan secara tersurat oleh film ini.
Nonton (cuplikan) The Secret di YouTube:
Beberapa resource lain yang mungkin menarik:
- Steve Pavlina post about The Secret
- Law of Attraction at IndonesiaTheSecret
- The Secret movie at MysticSaint
Update: Thanks buat Yogie yang udah ngelink ke sini 🙂