| | | |

Emosional

Emosi merupakan sifat bawaan manusia. James Gwee, motivator bisnis ternama dari Singapura, mengatakan:

Customer yang sedang emosi tidak akan bisa menerima penyelesaian masalah.

Singkatnya, dalam keadaan emosi manusia tidak bisa berpikir dengan jernih. Hal ini terjadi baik pada laki-laki dan terutama perempuan.

Teman-teman saya sering tidak percaya bahwa saya berusaha untuk bersikap berbalik dengan mood saya saat itu. Saya sendiri dalam menilai orang, berusaha memperhatikan mood orang tersebut, dan bukan hanya sikapnya.

Ada prinsip mendasar dari “keanehan” tersebut.

James Gwee, lagi-lagi pernah mengatakan dalam sebuah seminar bisnisnya:

Apabila Anda melakukan A, Anda akan mendapatkan A. Apabila Anda menginginkan B, Anda harus melakukan B. Tidak bisa Anda menginginkan B tapi tetap melakukan A. Karena antara keinginan Anda dengan usaha Anda tidak sinkron.

Bila seseorang bahagia dan dia tersenyum, itu wajar!
Bila seseorang sedih dan dia cemberut, itu juga wajar!
Bila seseorang kesal dan dia marah-marah, itu sangat wajar!

Dalam sebuah hubungan, juga sama…

Bila di dalam “hati” seseorang ada cinta buat Anda, dan dia selalu memperlakukan Anda dengan spesial, itu biasa!
Bila orang itu membenci Anda dan dia selalu berpikir negatif tentang Anda, itu juga biasa!

Entah kenapa, sebagian orang tidak menyadari perbedaan antara sikap seseorang, dengan pendorong orang tersebut bersikap seperti itu. Pendorong sendiri sering disebut dengan istilah “motivasi.” (disclaimer: ada juga yang mengaitkan motivasi dengan tujuan yang ingin dicapai, tapi bukan itu yang saya maksud di sini, melainkan penyebabnya.)

Kalau mendengar kata “motivasi”, mungkin orang berpikir macam-macam, mulai dari bisnis, MLM, sampai belajar untuk ujian. Namun, yang perlu diperhatikan adalah, motivasi mendorong kita untuk melakukan sesuatu.

Motivasi di sini dalam artian luas, bahkan emosi juga termasuk “motivasi”.

Contoh saja, orang marah-marah, juga karena adanya motivasi atau pendorong. Motivasinya, tentu saja adalah emosi dia yang sedang kesal. Akan sangat aneh rupanya, jika orang sedang kesal tapi dia tertawa terbahak-bahak. Atau jika hatinya sedang bahagia tapi malah marah-marah.

Namun, yang ternyata jarang disadari orang, adalah motivasi menutupi niat sebenarnya dari sikap seseorang.

Analoginya adalah jika Anda menaruh sebuah gerobak di atas bukit yang menurun, maka gerobak tersebut akan berjalan dengan sendirinya tanpa Anda harus berbuat apa-apa. Ini beda dengan gerobak yang berada di tanah datar, atau lebih hebatnya lagi adalah gerobak yang berada di lembah, dan Anda harus berusaha mendorongnya ke atas sambil melawan gravitasi.

Ini alasan mengapa saya berusaha menghargai seseorang lebih karena niatnya daripada sikapnya.

Sekedar ilustrasi, misalnya ada seseorang yang Anda minta dari Kediri ke Surabaya. Dia sampai dalam waktu 3 jam, naik bus. Anda seharusnya puas. Tapi, andai saja, ternyata keadaannya saat dia hendak berangkat tidak seperti itu. Ada hujan badai, sehingga dia basah kuyup. Tidak ada bus yang lewat setelah ditunggu lama. Dan dia kecopetan.

Apakah dia tetap berangkat ke Surabaya?

Bila dia membatalkan niatnya, itu wajar. Karena motivasinya sudah dilemahkan oleh berbagai kesulitan yang dia hadapi. Tanpa motivasi, hanya tertinggal niat. Dan tanpa niat, orang tak akan melakukan apapun.

Namun, mungkin juga dia tetap kukuh menjalankan niatnya. Dia berusaha mengayuh sepeda dari Kediri ke Surabaya. Terlepas dari berhasil tidaknya, dia pantas diberikan penghargaan atas usahanya ini.

Emosi adalah motivator yang sangat besar, namun jarang diberi perhatian.

Apakah Anda akan memberi penghargaan bagi orang yang suka tersenyum?

Bagaimana dengan orang yang hatinya sedang sangat kalut tapi dia berusaha tersenyum untuk Anda? Akankah Anda memberinya penghargaan?

Pernahkah (atau seringkah?) Anda mendengar: “Maklum dong, waktu itu aku kan lagi emosi. Sekarang aku udah gak marah lagi…”

Atau mungkin: “Waktu itu aku kan lagi senang. Sekarang aku lagi marah nih…!!”

Atau mungkin: “Waktu itu aku kan lagi suka ama kamu, tapi sekarang…”

Anda mungkin bisa melihat niat seseorang yang sebenarnya di balik sikap dan motivasinya… Sikap seseorang bisa berubah dalam hitungan detik. Motivasi bisa berubah seiring waktu.

Niat seseorang, sebagaimana pun sulitnya untuk dicari, juga bukanlah suatu hal yang konstan, bisa berubah-ubah, tidak jauh berbeda dengan emosi manusia itu sendiri.

Everybody always starts a mistake at all times. They just don’t know when, they will realize each mistake they started. In the mean time, they’re simply enjoying it… 🙂

Artikel-artikel yang relevan berikut ini juga menarik lho:

Similar Posts